Sabtu, 31 Juli 2010

NEGERI IMPIAN

HANYA KELUHANKU SAJA
Apakah yang akan menjadi pertanyaan anda dan saya akan sama ? Karena posisi dan makom yang berbeda ? Gaji saya tidak naik-naik sedangkan kebutuhan :baca: harga-harga tidak bisa menahan diri untuk melambung. Menjerit dan meronta batin ini menghadapi kenyataan pahit ini tetapi sekali lagi saya tidak berdaya sama sekali. Mungkin berbeda dengan kalian yang makmur dan sejahtera, tidak memikirkan apa yang akan anda makan hari esok. Kebutuhan memang kadang dibawah keinginan atau syahwat kita, tetapi perlu anda ketahui keinginan anda yang makmur dan sejahtera adalah sama dengan kami yang berada dibayang-bayang kemiskinan, tidak ada bedanya, yang membedakan adalah kalian bisa mewujudkan keinginan yang diinginkan sedangkan kami menggantungnya diangan kami dan entah sampai kapan akan kami raih. Lihat kami, yang setiap tahun, bulan, hari bahkan detik selalu was-was kontrak kerja kami habis, dan entah disengaja atau tidak habisnya kok ya sebelum Idul Fitri itu artinya TIDAK ADA THR BUAT KAMI, dan memang demikian adanya kami yang sudah kembang kempis mempertahankan kehidupan yang "sulit" ini ditindih dengan beban-beban keinginan yang sama dengan kalian sementara itu perlakuan yang diberikan kepada kami berbeda antara langit dan bumi dengan kalian. Gaji kalian naik terus, tunjangan, bahkan ada gaji ke 13, apakah anda pikir ini tidak akan membuat kami iri ? Berbesar hati memang selalu menjadi makanan kami sehari-hari, merasa tidak mampu untuk bicara ya kami diam, merasa tidak bisa berontak ya kami menurut,....ini tuntutan hidup bung, yang membuat kami tidak berdaya, anak-anak kami yang kurang gizi (susu tak terbeli orang pintar tarik subsidi, hasilnya kata musikus iwan fals bayi kami kurang gizi), nah ini terjadi dan selalu terjadi, dan memang ini tidak adil. Terjadi disemua negeri dan terjadi di Indonesia, tetapi yang membedakan barangkali, terjadi pada diriku sendiri.
yang menjadikan saya menjadi tambah sesak dada adalah ditengah kesulitan kami ada orang kaya (yang jelas tidak pernah peduli dengan kemiskinan saudaranya) berpesta pora membuang-buang makanan, menghambur-hamburkan uang untuk syahwatnya sendiri,...jangan saya dikatakan suka ikut campur urusan orang lain. Yang menjadi masalah adalah orang itu kita bayar rame-rame lewat pajak yang kami bayar, dan kami tahu kami kelaparan sementara dengan entengnya mereka membuang makanan (yang pantas makan) didepan kami tanpa permisi dan tanpa hati, yang kami tahu mereka bukanlah orang pilihan yang kami kenal, mereka adalah orang yang tidak amanah dan kelak akan kami mintai pertanggungjawabannya diakhirat, dan saya yakin mereka orang yang bisa merugi bila kebiasaan buruk mereka dibawa sampai mati dan belum sempat bertobat. Mereka tidak punya hati, sementara kami sangat lapar, sangat membutuhkan pekerjaan sangat membutuhkan susu untuk balita kami sangat membutuhkan rumah buat kami,....kebisaan mereka hanya menyengsarakan rakyat, menambah beban hidup kami orang-orang kecil, dan tidak sedikitpun mereka berusaha dengan ikhlas sekali lagi dengan ikhlas mau membantu meringankan beban kami, mau memberi setetes embun kelegaan bagi kami, ketenteraman yang secuil pun tidak pernah terpikirkan oleh mereka, apakah mereka bahagia ? Saya tidak tahu, tetapi mereka jelas tidak akan mendapat kebahagiaan yang diperoleh dari penderitaan rakyat,....bukan sebuah kutukan dari kami tetapi sebuah balasan dari Allah Swt.
Saya pribadi tidak menganggur saudara, tetapi tetap saja saya bisa merasakan bagaimana kesulitan yang akan saya peroleh bila keadaan terus-menerus begini, saya seolah tinggal dinegeri angkara murka yang berkuasa, negeri durjana meraja lela tanpa ada yang mampu menolaknya. Negeri bersimbah dosa, negeri impian para syetan, dan daarul bawar, yang ada.....masyaallah, astaghfirullah....
Bagaimana dengan saudaraku yang tidak beruntung tidak mempunyai pekerjaan ? Apakah ada yang perhatian kepada mereka-mereka itu ? Hati-hati kita sudah pada mati, hati-hati kita sudah tidak peduli, tidak mau berkorban untuk saudara yang kekurangan an sangat membutuhkan bantuan,....baru membantu bila menguntungkan partai dan golongan mereka, itupun dikorupsi,....sungguh kejam.

MELIHAT NEGERI IMPIAN YANG AKAN SELALU JADI MIMPI YANG TAK KUNJUNG TERWUJUD
Negeri impian adalah dimana para penguasa dan para alim ulama akan berjalan seiring dengan memberi nasihat yang baik dan para penguasa begitu amanah mengemban tampuk yang dipercayakan rakyat kepadanya, begitu dekat dengan Allah Swt, begitu ikhsan merasakan bahwa tanggung jawab ini tidak semata-mata kepada wakil-wakil rakyat, kepada rakyat tetapi tanggungjawab pribadi kepada Allah Swt. Sehingga tidak ada kezaliman yang diberikan kepada rakyat dan dirinya, dan hukum akan begitu luhur dijunjung tidak tebang pilih dan menjadi sesuatu yang disegani, bukan ditakuti, apalagi sesuatu yang bisa direkayasa. Jalan-jalan tertib, kendaraan lirih suaranya dan tertib jalannya, terlihat ada yang kebut-kebutan ternyata itu hanya ada di arena balapan Formula Satu yang diadakan di sirkuit Sentul saja, bukan dijalan-jalan umum, pejalan kaki nyaman, menyeberang tidak dengan was-was dan buru-buru, semua orang yang melanggar tertangkan kamera CCTV dan ditilang (tidak ada negosiasi yang seperti dinegeri tetangga kita, bukakah damai itu indah, tetapi damai dari tilang akan menimbulkan fitnah). Bagi kami, bila para wakil bekerja dengan berhasilguna dan amanah, tidak ada alasan untuk memberi mereka jatah lebih, kami mengusulkan agar kesejahteraan mereka ditambah, karena kami pun sudah sejahtera. Bukan mereka yang meminta naik gaji, tambah tunjangan sementara mereka "belum kerja sama sekali", atau hasil kerja mereka tidak ada manfaatnya, kecuali membuang-buang waktu dan uang rakyat. Dan ini menjadi sebuah kebiasaan yang akan diwariskan kepada generasi selanjutnya. Maaf bila itu terjadi, kiamat lah itu namanya.
Negeri impian diawali oleh sebuah idealisme yang benar, bukan syahwat dan oportunitas yang bias dan penuh tendensius, orang kita bila nafsu membuat udang dibalikbatu, tidak progresif dan visioner, hanya sebatas nafsunya saja. Idealisme muncul biasanya bila menjadi pejabat dengan bersih, sebagus apapun sistem bila terkena {virus} pastilah akan tidak berjalan dengan baik, bahkan macet atau malah menyimpang dengan sangat jauh. Dan ini terjadi, kesalahan awal dari paradigma kita (bukan saya saja tetapi sebagian besar kita) bahwa untuk menjabat sesuatu "pasti menyuap" bukan dengan jalan yang berkah, tetapi jalan belakang yang didorong syetan. Dan untuk menghentikan ini perlu adanya revolusi, bukan sekedar reformasi, karena form yang terbentuk terdahulu rupanya format yang salah, sehingga direformasi malah tambah amburadul dan kebablasan. Atau ini mencerminkan sempit dan piciknya kita, atau kekalahan kita dari hawa nafsu yang merupakan kendaraan syetan ? Jawaban yang pasti tidak saya temukan, walapun ditemukan entah dimana tempatnya, Ebit bilang tanyakan saja pada rumput yang bergoyang. Jangan menyalahkan orang lain, pejabat atau yang paling penting adalah lihatlah kepada diri sendiri, bahwa melihat kesalahan sudah seyogyanya memberi peringatan, kalau tidak ingat juga beri tindakan tegas, dan itu yang bisa melakukan hanya pemerintahan yang bersih. Kalau pemerintahan yang "terkena virus" tidak akan bisa, malah bisa-bisa ketularan virusnya.
Negeri impian akan terwujud bila jiwa-jiwa didalamnya (terutama pemimpinnya) menyadari bahwa semua tingkah lakunya akan dipertanggung jawabkan diakhirat. Dan bagi para pemimpin bukan saja diakhirat tetapi dihadapan rakyat.Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafuur.
Itu impian kita semua (kecuali yang tidak berani bermimpi), dan kami hanya rakyat kecil yang bisanya hanya bermimpi, tidak lebih.
Terima kasih. Tidak ada intimidasi, tidak ada provokasi tidak ada maksud buruk dalam hati, memberi cerita adalah sebuah usaha melapangakan dada agar menjadi lega, dan berpendapat adalah hak bagi warga negara, tidak lebih dari itu, menyebut nama lalu mendiskreditkan/menghina adalah melanggar hukum, dan sepantasnya sebagai warga negara yang baik mengingatkan pada para pemimpinnya agar berntindah yang amanah, tanpa anarki dan dilakukan dengan elegan.

Rabu, 12 Mei 2010

MENEBAR ANGIN MENUAI BADAI

Peribahasa ini akan selalu berlaku, dan semakin jelas akhir-akhir ini, jaman dahulu bila kita menebar angin belum tentu langsung menuai badai, bisa kena anak atau cucu kita, tetapi sekarang adalah "instant cash",...
Bila pemerintahan menuai badai - tidak amanah kepada rakyat yang dipimpinnya - maka jelas dalam "melepas jabatan" langsung disiapkan tempat khusus "panen badai tadi", bisa berupa penjara, atau sakit yang parah dan dikucilkan dari masyarakat.
Jangan menjadi pejabat yang tidak amanah, sebanyak apapun uang anda, tidak berguna, sekuat apapun anda saat ini, tidak berguna dihari nanti, dan sewibawa dan menakutkan apapun anda saat ini, akan menjadi bukan apa-apa dikala anda lengser.
Beda pemimpin yang amanah dan tidak adalah pada masa POST POWER, setelah tidak lagi menjabat, bila pejabat yang amanah dan bersih pasti rakyat akan sangat bangga dan sangat menghargai jasa-jasa dari masa kepemimpinannya, jelas tidak terserang penyakit dan demo yang akut.
Tulisan kecil ini hanya menyampaikan gambaran yang sering penulis lihat, prihatin dengan peristiwa yang menimpa para pejabat yang telah kehilangan kekuasaannya. Sudah jatuh tertimpa tangga, ataukah tangga yang sudah dipersiapkan sendiri sebelumnya ? Atau menyiapkan lubang jebakan sendiri ? Tidak ada yang tahu, tetapi pejabat yang amanah disayang Allah SWT dan tentu rakyat akan mendukungnya dan menyayangi dengan sepenuh hati. Yang menjadi pertanyaan apakah ada pejabat yang semacam itu dibumi pertiwi ? Hanya anda yang tahu,....
Semoga bermanfaat.

BONUS DOWNLOAD
1. Flash Player 10. Klik saja.
2. WInRar 3.93, Klik Sini.
3. Google Chrome. Unduh sini.
4. XP jadi ORIGINAL. Unduh Sini.

Kamis, 25 Februari 2010

Beban Berat Rakyat Kecil

Hari-hari yang penuh keprihatinan telah menghiasi langit bangsa ini. Ditambah dengan ketidakpedulian para pemegang kekuasaan kepada situasi ini, saya tidak mengatakan ini sebuah ketidakpedulian, lebih tepatnya ketidakmampuan mereka mengelola negara ini. Bila masih terlalu "keras" pendapat saya ini saya akan mengatakan bahwa bukan sebuah ketidakmampuan melainkan "kelambatan" dari pemegang kekuasaan untuk menjadikan bangsa ini lebih baik. Mendung yang menggelayuti kehidupan rakyat kecil selalu saja dibiarkan tidak ada kata dan tindak tanduk yang bisa melegakan dan memberi kelapangan dada-dada yang telah lama terhimpit. Sesak dengan persoalan hidup dan dibebani dengan persoalan ketidakkompakkan para pemimpinnya di dalam menyelesaikan masalah. Bahkan masalah itu dijadikan sebuah "komoditi" untuk menarik hati masyarakat. Iklan yang salah tempat dan membuang uang rakyat, tetapi dengan hasil yang sekaligus menyakiti hati rakyat. Jadi tidak akan pernah berhasil guna, bila dalam kenyataanya harga beras masih mahal dan si jahat tetapi melenggang dengan tenang, dan tidak tahu malu, bebas dari hukuman dan seolah dia bersih dari dosa, sekali lagi, dengan tidak tahu malu.

ERA KELABU KAPAN BERAKHIR
Saya dan para blogger sangat khawatir dengan adanya undang-undang IT, yang mana akan mengekang kebebasan kita dalam menulis dan berpendapat. Bila salah-salah ketik kita bisa menjadi penghuni HOTEL PRODEO, dengan tulisan yang barangkali memang benar dan menyuarakan kebenaran. Hal yang paling mengerikan adalah seperti yang terjadi pada Bu Prita Mulyasari,...dan itu bisa terjadi pada siapa saja, hanya dalam kasus Bu Prita, animo masyarakat begitu besar untuk membelanya, di facebook, pool-pool online,..yang menjadi pertanyaan jika sudah banyak sekali bu prita-bu prita yang lain apakah animo masyarakat akan "semeriah waktu membela bu prita"?, Tentu tidak karena rakyat sudah bosan. Nah bila hal yang paling "menyenangkan" yaitu posting saja dilarang - padahal ini merupakan bentuk rekreasi untuk melupakan sejenak beban hidup - bagaimana kelak rakyat bisa berekspresi ? Sedangkan kita tahu setiap yang dituliskan adalah dengan berdasarkan alasan yang jelas. Tidak menuduh dan tidak merugikan pihak lain, tidak menyebut nama. Seandainyapun demikian saya rasa itu sebuah kenyataan yang baik bagi negeri yang mengaku sebagai negara demokrasi. Tetapi ini hanya sebuah kekawatiran saya saja,...semoga.
Kembali ke pertanyaan saya, kapan awan kelabu akan tersapu angin kegemilangan yang menentramkan ? Jawaban ada dibenak-benak pemimpin, didasar nurani mereka yang mendambakan kehidupan yang layak, kehidupan yang damai sejahtera. Singkat atau lambatnya bisa diprediksi, atau karena masih ingin mencari nama maka dibiarkan kabut derita ini tetapi menyelimuti persada ini, singkat tidak menguntungkan akankah dibuat menjadi lama dan menguntungkan segelintir dari orang di indonesia ini?
Bila itu terjadi, ini kiamat berkepanjangan dan kita sebagai bangsa bisa runtuh karenanya, perlu diingat itu. Ada catatan bahwa para pemimpin - baca :pejabat - tidak selamanya akan menjadi pejabat, ingat mereka akan menjadi rakyat kembali, bila dalam memimpin sewenang-wenang pastilah ketika menjadi "rakyat kembali" mereka "akan dikucilkan, dikutuk dan bahkan diacuhkan".

SOLUSI
Tidak ada solusi yang sim sala bim, semua butuh proses, dan proses memang "membosankan atau bahkan bisa menyakitkan",...berawal dari diri sendiri, kemudian anak dan istri, kemudian keluarga secara keseluruhan, lingkungan terkecil dan akhirnya kita menjadi bangkit kembali. Ada semacam kebiasaan yang terjadi tanpa adanya peraturan yang jelas bahwa sesuatu perubahan biasanya akan lebih signifikan bila diawali oleh pemimpinnya. Ini terjadi di indonesia dari jaman ke jaman. Pemimpin yang adil akan dicintai rakyatnya, dan dia menjadi pionir bagi perubah yang baik tadi. Yang menjadi pertanyaan adakah pemimpin yang demikian ?
Untuk rakyat hanya menunggu jawaban. Untuk para pemimpin hendaknya menjadi sebuah perenungan. Mari bangkit bersama.

Bonus DOWNLOAD (Ebook Dewasa)
KAMA SUTRA
KAMASUTRA INDONESIA
MULTI OS
EBOOK DEWASA

KRITIK BUKAN BERARTI BENCI

SUDAH DARI DULU SAYA KRITISI Bagi yang pernah membaca tulisan-tulisan saya dari mulai saya menulis di blog ini, pasti tahu dengan pasti saya...