Kamis, 25 Februari 2010

Beban Berat Rakyat Kecil

Hari-hari yang penuh keprihatinan telah menghiasi langit bangsa ini. Ditambah dengan ketidakpedulian para pemegang kekuasaan kepada situasi ini, saya tidak mengatakan ini sebuah ketidakpedulian, lebih tepatnya ketidakmampuan mereka mengelola negara ini. Bila masih terlalu "keras" pendapat saya ini saya akan mengatakan bahwa bukan sebuah ketidakmampuan melainkan "kelambatan" dari pemegang kekuasaan untuk menjadikan bangsa ini lebih baik. Mendung yang menggelayuti kehidupan rakyat kecil selalu saja dibiarkan tidak ada kata dan tindak tanduk yang bisa melegakan dan memberi kelapangan dada-dada yang telah lama terhimpit. Sesak dengan persoalan hidup dan dibebani dengan persoalan ketidakkompakkan para pemimpinnya di dalam menyelesaikan masalah. Bahkan masalah itu dijadikan sebuah "komoditi" untuk menarik hati masyarakat. Iklan yang salah tempat dan membuang uang rakyat, tetapi dengan hasil yang sekaligus menyakiti hati rakyat. Jadi tidak akan pernah berhasil guna, bila dalam kenyataanya harga beras masih mahal dan si jahat tetapi melenggang dengan tenang, dan tidak tahu malu, bebas dari hukuman dan seolah dia bersih dari dosa, sekali lagi, dengan tidak tahu malu.

ERA KELABU KAPAN BERAKHIR
Saya dan para blogger sangat khawatir dengan adanya undang-undang IT, yang mana akan mengekang kebebasan kita dalam menulis dan berpendapat. Bila salah-salah ketik kita bisa menjadi penghuni HOTEL PRODEO, dengan tulisan yang barangkali memang benar dan menyuarakan kebenaran. Hal yang paling mengerikan adalah seperti yang terjadi pada Bu Prita Mulyasari,...dan itu bisa terjadi pada siapa saja, hanya dalam kasus Bu Prita, animo masyarakat begitu besar untuk membelanya, di facebook, pool-pool online,..yang menjadi pertanyaan jika sudah banyak sekali bu prita-bu prita yang lain apakah animo masyarakat akan "semeriah waktu membela bu prita"?, Tentu tidak karena rakyat sudah bosan. Nah bila hal yang paling "menyenangkan" yaitu posting saja dilarang - padahal ini merupakan bentuk rekreasi untuk melupakan sejenak beban hidup - bagaimana kelak rakyat bisa berekspresi ? Sedangkan kita tahu setiap yang dituliskan adalah dengan berdasarkan alasan yang jelas. Tidak menuduh dan tidak merugikan pihak lain, tidak menyebut nama. Seandainyapun demikian saya rasa itu sebuah kenyataan yang baik bagi negeri yang mengaku sebagai negara demokrasi. Tetapi ini hanya sebuah kekawatiran saya saja,...semoga.
Kembali ke pertanyaan saya, kapan awan kelabu akan tersapu angin kegemilangan yang menentramkan ? Jawaban ada dibenak-benak pemimpin, didasar nurani mereka yang mendambakan kehidupan yang layak, kehidupan yang damai sejahtera. Singkat atau lambatnya bisa diprediksi, atau karena masih ingin mencari nama maka dibiarkan kabut derita ini tetapi menyelimuti persada ini, singkat tidak menguntungkan akankah dibuat menjadi lama dan menguntungkan segelintir dari orang di indonesia ini?
Bila itu terjadi, ini kiamat berkepanjangan dan kita sebagai bangsa bisa runtuh karenanya, perlu diingat itu. Ada catatan bahwa para pemimpin - baca :pejabat - tidak selamanya akan menjadi pejabat, ingat mereka akan menjadi rakyat kembali, bila dalam memimpin sewenang-wenang pastilah ketika menjadi "rakyat kembali" mereka "akan dikucilkan, dikutuk dan bahkan diacuhkan".

SOLUSI
Tidak ada solusi yang sim sala bim, semua butuh proses, dan proses memang "membosankan atau bahkan bisa menyakitkan",...berawal dari diri sendiri, kemudian anak dan istri, kemudian keluarga secara keseluruhan, lingkungan terkecil dan akhirnya kita menjadi bangkit kembali. Ada semacam kebiasaan yang terjadi tanpa adanya peraturan yang jelas bahwa sesuatu perubahan biasanya akan lebih signifikan bila diawali oleh pemimpinnya. Ini terjadi di indonesia dari jaman ke jaman. Pemimpin yang adil akan dicintai rakyatnya, dan dia menjadi pionir bagi perubah yang baik tadi. Yang menjadi pertanyaan adakah pemimpin yang demikian ?
Untuk rakyat hanya menunggu jawaban. Untuk para pemimpin hendaknya menjadi sebuah perenungan. Mari bangkit bersama.

Bonus DOWNLOAD (Ebook Dewasa)
KAMA SUTRA
KAMASUTRA INDONESIA
MULTI OS
EBOOK DEWASA

Tidak ada komentar:

KRITIK BUKAN BERARTI BENCI

SUDAH DARI DULU SAYA KRITISI Bagi yang pernah membaca tulisan-tulisan saya dari mulai saya menulis di blog ini, pasti tahu dengan pasti saya...