Kamis, 23 Oktober 2014

REALITAS PENDAPATAN KELUARGA DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

BBM HARUS NAIK
Sering saya sebagai rakyat kecil sulit untuk mengartikan bahasa "politik" tersebut, BBM HARUS NAIK, dan katanya bila tidak naik - ada yang bilang tadinya BBM disubsidi pemerintah - akan membahyakan kelangsungan negara ini. Tertangkap oleh saya bahwa "hanya punya satu jurus" untuk mengakali "bahaya" yang mungkin timbul dari "beban" subsidi kepada rakyatnya sendiri, yaitu menaikkan BBM. Bahasa politik memang susah dimengerti akan tetapi akibat dari bahasa yang saya sulit mengerti inilah semua kebutuhan yang ada menjadi mahal.  Belum naik BBM saja saya sudah mengencangkan ikat pinggang, kalau anda lihat saya sudah mentok tuh sabuknya - sampai bolongan sabuk terkecil hingga pinggang saya "nawon kemit", karena saking mengencangkan ikat pinggangnya. Yang saya pertanyakan apakah di sana (pemerintah pejabat wakil rakyat dan pegawai negeri lainnya) juga ada upaya untuk mengencangkan ikat pinggang seperti saya. Kalau jurus yang dipakai hanya satu, apakah saya tidak boleh mempertanyakan "kredibilitas" dari pemerintahan yang ada ? Dari dulu BBM menjadi senjata ampuh untuk pencitraan kaum elit politik yang bekerja dengan tidak ikhlas. Sudah selayaknya rakyat mendapatkan subsidi - kalau anda browsing di google apakah ada negara yang tidak memberikan subsidi kepada rakyatnya ? - dan sudah menjadi hak dari rakyat yang selalu membayar pajak (ppn, penghasilan, pembelian produk, Pbb, dll), akan subsidi yang memang seharusnya diberikan kepada kami dari pemerintah. BBM harus naik ? Itu momok bagi kami rakyat kecil dengan penghasilan yang pas-pasan kalau tidak mau dibilang kurang. Karena BBM adalah akar dari semuanya, transportasi, listrik, pabrik, mesin-mesin pertanian, kapal  nelayan, yang semuanya memakai BBM dan semuanya itu juga merupakan penopang berjalannya sembako, paling terasa adalah kebutuhan pokok semakin mahal dan tak terbeli (yang berkualitas layak), kalau kemampuan ekonomi kami memang sudah mapan, subsidi dicabutpun tidak menjadikan masalah, kalau ekonomi kami sudah mapan BBM naik pun bukan merupakan kendala. Akan tetapi kami saja yang bekerja tetap begitu merasakan dampak dari kenaikan BBM ini, apalagi saudara kita yang kebetulan belum punya pekerjaan tetap, kerja serabutan dan bahkan yang masih tunakarya. Keluhan yang tidak berguna ini memang hanya sekedar masukan kepada pemerintah yang berwenang dan seharusnya berempati kepada rakyat. Kalau sekedar BLT menurut saya itu tidak membantu secara permanen, hanya instan dan dampaknya sangat tidak baik. Berikan pancing dan kolam yang ada ikannya, bukan berikan ikannya saja. Itu istilah kami tentang BLT, diberi ikan saja tanpa tahu bagaimana cara menangkapnya, dimana menangkapnya dan bagaimana menjadikannya lebih langgeng, bukan sementara seperti BLT. Adakah ada jurus lain selain menaikkan harga BBM ini ? Perlu ditunggu keputusan pemerintah kita yang baru ini, bila hanya mempunyai jurus yang itu-itu saja, berarti tidak ada perubahan dari dulu hingga kini.

KELUHAN YANG TIDAK ADA MANFAATNYA
Ada yang mengadakan demo tentang kenaikan BBM ini, tetapi apa manfaatnya, karena di demo berapa kalipun tetap BBM ujung-ujungnya naik. Mengeluhpun tidak ada manfaatnya karena subsidi tetap akan dicabut. Terasa bagi kami pukulan-pukulan telak kepada kantong dan dapur kami, belum lagi TDL listrik naik, belum lagi anak-anak sekolah dengan berbagai iuran yang sangat membebani, tapi semua itu hanya saya tuliskan tanpa meminta anda atau pemerintah untuk empati kepada kami. Kami sudah terbiasa dengan hal ini, dengan penderitaan yang tidak semestinya terjadi bila para pemimpin kami adalah orang-orang yang terpilih, cakap, bermoral, dan mau menunaikan amanah yang dibebankan kepada mereka. Tapi ini sepertinya hanya keluhan yang hilang ditelan dunia maya. Mengeluh tidak ada gunanya tidak merubah keadaan, apalagi merubah kebijakan pemerintah yang sudah diputuskan.

REALITAS PENDAPATAN KELUARGA DAN KENAIKAN BBM
Ini menjadikan sebuah ironi bagi saya pribadi, perusahaan tempat saya bekerja dengan adanya kenaikan BBM ini maka ongkos operasional perusahaan menjadi membengkak, secara logika mereka tidak mungkin menaikkan gaji saya dalam waktu dekat-dekat ini, BBM naik gaji tetap, apakah saya boleh mengartikan bahwa gaji saya turun, atau minus? Inilah kenyataan yang sebenarnya dari orang-orang seperti saya tentang kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM, dan kami tidak bisa menolak, hanya menyampaikan informasi dan aspirasi, inilah dampak yang terjadi dengan pendapatan saya sehubungan dengan pengurangan atau pencabutan subsidi BBM (yang mengaikbatkan kenaikan harga BBM), dan kami sudah mengikat ikat pinggang lebih kencang lagi, semoga tidak terjadi pada anak cucu saya kelak, cukup orang  tua seperti saya saja yang mengalami ini. Pemerintah seharusnya memberi subsidi kepada masyarakat - sudah menjadi kewajiban pemerintah dan menjadi hak rakyat - bukan malah memutar-mutar subsidi untuk kepentingan yang kami sendiri tidak paham apa akibatnya kalau tidak menaikkan BBM (subsidi tetap diberikan kepada rakyat). Tidak ada solusi dari rakyat kecil, solusi datangnya dari pemerintah dengan kebijaksanaan yang menimbang-nimbang hati nurani dan perasaan rakyat kecil (amanah penderitaan rakyat). Apakah ini akan terjadi dengan baik, atau tetap dalam koridor seperti biasanya, tetap saja kami sebagai rakyat kecil dalam posisi yang tidak pernah menguntungkan. Sudah obyek, ditambahi lagi dengan obyek penderita.Saya lupa bahwa saya masih warga negara republik Indonesia yang hak-haknya tidak bisa terambil karena keterbatasan saya sendiri, dan perlu anda tahu saya tidak akan komplain kepada siapapun, akan taat hukum, dan tidak berbuat yang aneh-aneh, saya manut saja dengan pemerintah apapun kebijakan yang dilakukan oleh mereka. Semoga menjadikan bangsa Indonesia tambah makmur merata dan sejahtera lahir batin. Harapan selalu ada.

KRITIK BUKAN BERARTI BENCI

SUDAH DARI DULU SAYA KRITISI Bagi yang pernah membaca tulisan-tulisan saya dari mulai saya menulis di blog ini, pasti tahu dengan pasti saya...