Kamis, 21 Januari 2021

KRITIK BUKAN BERARTI BENCI

SUDAH DARI DULU SAYA KRITISI

Bagi yang pernah membaca tulisan-tulisan saya dari mulai saya menulis di blog ini, pasti tahu dengan pasti saya memang cenderung menjadi oposisi dari pemerintahan negeri ini baik itu Era Pak SBY maupun Era Pak Jokowi sekarang ini. Jangan menyalahpahami orang yang menjadikan dirinya sebagai oposisi, tukang kritik dan seolah bermusuhan dan tidak manut atau menurut kepada pemerintah. Tidak dan sama sekali bukan itu. Saya mengkritisi pemerintah sebagai rasa peduli dan betapa cintanya saya kepada negeri ini. Kalau pemerintahan dijalankan dengan baik maka saya akan mengatakan baik dan tentu saja mencari sesuatu yang bisa jadi urun rembug kepada pemerintah guna lebih meningkatkan prestasi yang sudah ada. Akan tetapi saya melihat enam tahun terakhir sepertinya mengalami penurunan. Hutang yang sungguh mengkhawatirkan sudah mencapai enam ribu triliun rupiah.Banyak di antara kita yang tidak peduli dengan politik dan urusan negara. Seolah sudah ada yang mengurusnya dengan baik. Saya himbau bagi yang masih merasa apatis, apriori dan cuek mbebek kepada urusan negara, sekedar infromasi bila kita semua warga negara Indonesia (asli ataupun pribumi) tidak open dan tidak peduli dengan urusan negara, ketahuilah maka negara akan diurusi oleh mereka yang akan membuat kehidupan anda menjadi sempit dan boro-boro ingat kepada kalian. Enam tahun terakhir ini saya merasakan hal tersebut, maka jangan pernah anda menempatkan diri untuk tidak mau tahu tentang urusan negara. Kalau negara sudah berjalan dengan baik, silahkan anda bisa berhenti konsentrasi kepada urusan negara, tapi kalau sekarang anda berhenti maka jangan kalian menyesal bila anak cucu kalian berada di dalam kesulitan yang tidak masuk akal. Harga yang melambung tinggi, gaji kita yang tidak pernah naik, kebutuhan yang meningkat, pemiskinan dilakukan dengan sistematis, kebebasan berserikat, berkumpul dan berbicara sudah dibatasi, UU ITE yang bisa menjadikan anda dihukum di dunia nyata, COVID19 yang tidak kunjung ada kejelasannya, BPJS yang mencemaskan, dan berbagai ketidakadilan yang menjadikan rakyat kecil semakin menderita saja. Mengatakan hal yang sebenarnya terjadi ini bukan berarti saya memusuhi pemerintah, akan tetapi kami yang merasakan, kami yang mengalami, dan kami yang tidak punya kekuatan untuk merubah keadaan. Jadi dengan bersuara seperti ini semoga bisa menajdikan masukan dan bahan pertimbangan kepada mereka-mereka yang menjadi wakil rakyat dan yang mengemban amanah kekuasaan. Kita juga harus cerdas dalam mengungkapkan kekritisan kita - jerat UU ITE sangat menakutkan saya - terutama di jaman ini, jujur saja sangat berbeda dengan jaman Pak SBY, kebebasan yang dulu ada perlahan tapi pasti dipersempit ruang geraknya, asosiasi UU ITE menjadi "ujaran kebencian' pencemaran nama baik" itu sangat membuat ketar-ketir blogger seperti saya. Saya sudah mengkritisi pemerintahan era Pak SBY dulu waktu akan menaikkan BBM dan langkanya bahan untuk tahu dan tempe yaitu kedele dan beberapa kekurangan yang beliau jalankan. Dan saya tidak pernah mencela pribadi para pejabat dan wakil rakyat. Karena yang perlu dikritisi bukanlah pribadi akan tetapi kerja dan kebijakan yang beliau-beliau ambil. Kalau menyengsarakan rakyat, menyulitkan kita dan menguntungkan orang asing, apa boleh buat pasti saya ingatkan, semampu saya. Kritik bukan membenci akan tetapi rasa cinta saya kepada negeri ini. 

PEJABAT PUBLIK TIDAKLAH BAPER

Kalau anda sudah ingin dan bertekad dan Allah SWT kabulkan menjadi pejabat publik, anda tidak boleh baper dan sensi nan emosian. Karena begitu berhadapan dengan publik sudah dipastikan tidak ada orang yang bisa membahagiakan dan menyenangkan semua orang. Tidak mungkin. Akan tetapi bila ada yang berbeda dan yang terlihat sinis ada yang seolah benci dan anda merasa salah terus, itulah resiko dari menjadi pejabat publik. Kalau tidak mau dengan nuansa yang mengikuti sepertinya membuat emosi jiwa, ya jangan pernah menjadi pejabat publik. Lalu apakah harus cuek dengan kritik? Bukan, kalau ada kritik ya alangkah bijaknya kalau tidak dilaporkan kepada pihak yang berwajib. Dan saya salah satu orang yang tidak setuju dengan UU ITE menjadi alat untuk menjerat perbedaan pendapat ataupun salah arti ataupun keplesetnya seseorang sehingga seolah "menghina" pribadi tertentu lalu dikenakan dan "didownload" menjadi hukum perdata bahkan sepertinya bisa menjadi hukum pidana. Ada apa dengan UU ITE? Bukankah perbedaan pendapat dan kesalahan beropini yang kadang disebut menyebar hoaks, sedemikian rupa bisa MASUK menjadi TRANSAKSI ELEKTRONIK? Tujuan UU ITE awalnya untuk mendeteksi kriminal yang menggunakan fasilitas elektronik/on-line? Bukan untuk ornag yang berbeda pendapat dan seolah menyebar hoaks? Tapi yang terjadi sekarang anda semua sudah pasti mengetahui dengan pasti kondisi faktualnya bukan? Kalau pejabat publik tidak mau dikritisi, tidak mau diingatkan dan maunya dihargai dan dihormati, sebaiknya anda yang berperilaku demikian sebaiknya mengundurkan diri dan ganti dengan orang yang legowo dengan kritik dari orang yang mereka pimpin atau wakili. Kalau mengatakan rakyat enak bisanya hanya mengkritisi beri dong pejabat publik solusi. Logis? Tidak lah, kami rakyat itu memilih, membayar pajak, menggaji pejabat publik dengan hal itu, mengapa HAK kami mengkritisi tidak diperkenankan? Malah dianggap nyinyir tanpa ada solusi. Begini, yang dibayar negara siapa? Yang membayar pejabat publik siapa? Yang dibayar adalah pejabat publik untuk membuat SOLUSI, bukan rakyat yang sudah membayar dan menggajinya. Untuk apa dibayar kalau tidak mau dan tidak mampu menghasilkan solusi, Rakyat nyinyir memang menjadi HAK nya, karena dia yang membayar para pejabat dan wakil rakyat. Kalau pejabat publik tidak menerima kritik dan tidak bisa menghasilkan solusi seharusnya malu dan mundur saja, biar ada orang lain yang bisa menjabat dengan baik dan benar. UU Penghinaan kepada lambang negara ( Presiden) juga saya tidak setuju dipakai kembali. Kata para ahli UU ITE dan UU itu termasuk UU KARET. Yang terlihat menghina dan yang terlihat menyebar hoaks apakah mereka benar-benar menghina dan menyebar hoaks? Yang saya sayangkan adalah adanya pelapor yang seolah ingin rakyat kecil ditangkap dan dibredel semuanya, terutama yang vokal dan jaman sekarang menamakan dirinya sebagai oposisi (yang tidak sependapat dengan pemerintahan saat ini). Saya tidak akan membahas politik terlalu dalam karena, urusan politik sudah ada yang membahasnya baik di webinar, zoom dan diskusi on-line maupun off-line dan hasilnya masih bisa kita saksikan di youtube.

KESIMPULAN

Orang yang sayang adalah yang mau mengingatkan, bukan yang masa bodoh dan membiarkan bangsa dan negara ini terjerumus, terpecah dan terkotak-kotak. Utang negara yang mengkhawatirkan saya, ketidakadilan hukum yang begitu kentara, TKA berdatangan di musim COVID19, kerumunan yang tidak mematuhi porkes Covid19, harga yang merangkak naik, iuran BPJS yang sudah nunggak, kuota untuk daring anak-anak sekolah yang harus kita beli sendiri, dan bencana alam yang silih berganti, dan bencana kemanusiaan berupa korupsi dana yang seharusnya diberikan kepada rakyat kecil yang sekarang ini sangat membutuhkan. Kritis bukan berarti menjadi musuh negara, kritis bukan berarti membenci pribadi pejabat, kritis bukan berarti memaksakan kehendak dan pendapat. Kritis adalah salah satu reaksi rasa cinta dan kepedulian rakyat kepada kondisi negara dan perjalanan negara ini. Masing-masing harus saling menyayangi, jangan selalu mengedepankan lapor dan ditindak oleh yang berwajib, bukankah budaya dari leluhur kita adalah kekeluargaan? Kalau sudah terbukti kriminal dan "subversif" istilah jaman dulu, barulah itu masalah yang serius, wajar dan bahkan malah menjadi wajib untuk dilaporkan. Kalau kita memang tidak sempurna, terus ada orang yang mengatakan dan mengingatkan kesalahan kita apakah tega kita menjeratnya dengan lapor kepada pihak yang berwajib? Kedewasaan seseorang sangat menentukan tindakan berikutnya, terkait kritik dan "terlihat seperti menghinanya". Penjara itu untuk para kriminal bukan untuk orang yang berbeda pendapat. 


Senin, 28 Desember 2020

PERJALANAN PANJANG BANGSA INDONESIA

 SEJARAH YANG PERNAH KALIAN LUPAKAN

Indonesia merdeka tahun 1945 dan banyak yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia dijajah Belanda (VOC) selama tiga ratus lima puluh tahun atau tiga setengah abad. Adakah ini tidak terdengar janggal oleh anda? Fakta dan data sejarah memang Belanda dengan VOC nya bercokol di Hindia Belanda kurang lebih selama tiga ratus lima puluh tahun. Akan tetapi adakah Indonesia sudah ada waktu itu? Belum ada dan Indonesia baru disebutkan secara serentak pada waktu Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Nah kalau memang kita hitung mulai ada Indonesia sejak saat itu berarti kita hanya dicengkeram Belanda selama kurang lebih empat belas tahun saja. Pun demikian dalam mencoba menjajah Nusantara - pra Indonesia - apakah benar-benar Belanda melalui VOC menguasai kendali secara mutlak? Ternyata tidak, perlawanan tidak pernah surut dari jaman Portugis datang tahun 1511 hingga Jepang mengkanvaskan VOC pada tahun 1942. Negeri ini adalah negeri pejuang, jadi tidak pernah terjajah secara total, dan bukti nyata di lapangan adalah bahwa tidak ada satupun daerah yang betul-betul menjadi "Belanda", termasuk di Depok pun tidak seperti kebanyakan jajahan Belanda seperti Suriname - yang berbahasa Belanda - jadi kita tidak boleh merasa minder dengan sebutan negeri jajahan VOC atau Jajahan Belanda, pada kenyataanya BUKAN negeri jajahan akan tetapi negeri JIHAD melawan penjajah termasuk Inggris, Perancis, Portugis, Sepanyol dan Belanda. Kita tidak pernah menjadi seperti mereka dalam kebudayaan ataupun dalam kesehariannya, bangsa ini tetap saja menjadi Bangsa Indonesia yang terdiri dari banyak suku dan masih saja terlihat ciri asli dari suku-suku di Indonesia. Kalau mau mengatakan nama Indonesia dicengkeram Belanda hanya kurang lebih empat belas tahun, itu pun belum mendklarasikan diri sebagai Negara Republik Indonesia. Artinya Belanda hengkang dari bumi pertiwi tahun 1942 dan kita merdeka tahun 1945. Indonesia pernahkah dijajah? Oh ternyata tidak. Ini perlu dicatat dalam pemikiran dan mindset semua bangsa ini. Sejarah yang membuat diri bangsa ini menjadi minder karena disebut terus pernah dijajah Belanda Kompeni selama 350 tahun, yang ternyata dengan hitungan yang sangat sederhana dan semua orang pastilah paham bahwa NKRI tidak pernah dijajah Belanda, kalau diserang oleh Sekutu dan NICA memag pernah, itulah mengapa Belanda sampai saat ini tidak pernah mengakui kemerdekaan NKRI yang bertanggal 17 Agustus 1945. Mengapa demikian? Menurut pakar sejarah bila Belanda mengakui kemerdekaan NKRI tanggal 17 Agustus 1945 maka Belanda akan menjadi Penjahat Perang dengan melakukan Agresi dua kali kepada negara yang "berdaulat" NKRI ini pada tahun 1948. Penjahat perang bukan sesuatu yang terhormat bagi pergaulan di dunia ini. Dan kita dicekoki dengan hal-hal yang membuat kita minder, negeri bekas jajahan Belanda. Tidak benar NKRI bukan jajahan Belanda, mereka menjajah Hindia Belanda (India Timur), bukan NKRI yang merdeka tahun 1945. Lalu yang dicoba dijajah adalah kerajaan dan kesultanan yang telah merdeka berabad-abad di Nusantara ini, apakah mereka para kerajaan dan kesultanan dijajah VOC? Sebagian ya dan kebanyakan tidak. Keterangan yang bisa saya jelaskan mengenai bangsa yang diajajah oleh bangsa lain tidak terdapat pada bangsa Indonesia ini apalagi NKRI. Kita bisa melihat Australia dengan pribumi Aborigin, Selandia Baru dengan pribumi Maori, dan Amerika dengan suku pribumi Indian. Nah contoh negara yang terjajah dengan nyata bisa dilihat dari ketiga tempat tersebut. Budaya boomerang sudah tidak dijumpai dengan bebas dan bahkan Orang Aborigin tidak diperlakukan seperti sang penjajah, kabar yang terdengar mereka seperti ditempatkan disuatu cagar budaya. Dan kesempatan untuk memperoleh hak dan kesempatan menjadi hal yang mustahil untuk sebagian besar orang Aborigin. Lihat juga orang Amerika dan Orang Selandia Baru, bukankah tidak seperti orang Jawa, Sunda, Batak, Maluku, Papua, Minang dan lain sebagainya? Apa yang membedakan kita dengan bangsa yang benar-benar terjajah? Jati diri bangsa ini masih melekat hingga saat ini. Saya orang Jawa masih berbudaya, berbicara dan bahkan makan masakan orang Jawa, demikian yang Sunda, Minang dan semua suku bangsa di negeri ini. Tidak pernah ada yang terjajah dengan total. Yang terjadi memang NKRI kita pernah diserang oleh Sekutu dan Belanda. Sekutu dengan peristiwa 10 Nopember 1945 dan Belanda dengan dua agresinya tahun 1948. Kalau saya mengatakan mereka adalah penjahat perang. Itulah mengapa bangsa ini dibenci oleh bangsa penjajah. Mengapa? Karena darah bangsa ini adalah darah petarung yang sungguh ajaib, orang-orang kulit putih berusaha menguasai dan menjajah bangsa ini namun tidak pernah berhasil, Bukti sudah saya sebutkan di atas perbedaan bangsa yang terjajah dan bangsa yang bertempur untuk mempertahankan dirinya. Saya mengatakan cikal bakal NKRI telah berjihad dari tahun 1511 hingga tahun 1942. Jadi anda harus menegakkan kepada dan jangan minder dengan kegagahan nenek moyang kita yang ternyata mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dan nyali yang sedemikian besar. Kalau kita melihat Nusantara ini, termasuk Jawa di dalamnya maka bisa saya mengatakan bahwa bangsa ini sudah sangat maju peradabannya ditandai dengan kita mempunyai HURUF (alphabet) sendiri. Ketika bangsa ini sudah mempunyai huruf sendiri maka negara Eropa belum mempunyai huruf dan angka sehingga kedatangan bangsa Romawi. Sementara itu negeri Nusantara telah mempunyai huruf dan tentu saja bahasa sendiri. Saya menulis panjang lebar begini sebenarnya hanya untuk mengingatkan diri kita semua bahwa kita bukan bangsa pecundang, akan tetapi bangsa unggul yang terlalu baik sehingga niat licik dan jahat kaum imperialis kita tidak mencurigainya. Bangsa yang cinta damai ini ditipu dan berusaha dipaksa menjadi budak jajahan mereka, dan ternyata mereka tidak pernah berhasil.

TULISAN DAN SEJARAH YANG DISELEWENGKAN

Apakah bangsa penjajah diam dengan "kekalahan hakiki" meerka? Tidak, mereka tidak bisa tinggal diam dengan alot dan digdayanya bangsa ini dalam memberontak dan mempertahankan tanah tumpahdarahnya. Yang dilakukan oleh mereka adalah taktik adu-domba dan politik belah bambu dengan memanfaatkan para pengkhianat yang oleh orang jawa disebut sebagai londo ireng (belanda hitam, KNIL, marsose), dan dari bangsa Cina yang di sebut Po An Tui. Mereka bahkan lebih keji dan kejam daripada pasukan Belanda sendiri. Dengan politik yang busuk dan tidak berperikemanusiaan pun Belanda tetap tidak pernah berhasil menundukkan bangsa ini. Sehingga mereka banyak mengarng buku yang jelas-jelas mendiskreditkan sejarah kegemilangan bangsa ini. Salah satu yang terkenal adalah bahwa bangsa ini dijajah selama 350 tahun. Yang benar adalah Belanda bersuaha selama lebih dari tigaratus tahun untuk menjajah bangsa ini, yang berhasil dikuasai hanya para antek dan pengkhianat saja. Bangsa ini secara umum adalah Berjuang dalam bahasa Islam disebut Berjihad selama lebih dari tigaratus lima puluh tahun. Kemudian Belanda memanfaatkan para misionaris dan zendingnya untuk berperang urat syaraf hingga bangsa inipun ada yang beralih agama menjadi Kristen Protestan, Katholik dan keluar dari Islam atapun Himdu-Budha. Dan jumlahnya hanyalah sedikit dibandingkan dengan mereka yang masih original mengikuti agama aslinya yakni Hindu-Budha dan kemudian Islam. Penyelewengan sejarah ini memang disengaja untuk membuat nyali penerus para pejuang ini menjadi ciut. Sehingga seolah-olah kita dipencundangi mereka, padahal kenyataannya bangsa ini baik-baik saja, malah bisa saya katakan lebih "tertindas" oleh bangsanya sendiri kalau yang saya rasakan saat ini. Banyak babad, sejarah, serat, legenda bahkan data-data yang berhubungan dengan kegemilangan dan kejayaan atau minimal kegigihan bangsa ini, yang diputarbalikkan. Yang paling tenar adalah perang Diponegoro (1825-1830) yang mereka katakan Diponegoro kalah dengan sistem benteng. Padahal hanya terdesak saja dan belum kalah akan tetapi karena kelicikan Belanda lah yang mengajak perundingan sehingga ketika ditangkap Beliau tidak melawan, karena memang tidak ada ceritanya Pangeran Diponegoro membunuh lawan rundingnya. Belanda bangkrut kurang lehih 25 juta gulden atau sekitar sepuluh tahun pendapatan Belanda waktu itu. Sultan Hasanudin di Sulawesi dikalahkan dengan cara yang sama, Tuanku Imam Bonjol pun di-adudomba dengan kaum adat. Dan sejarah yang kelam mereka tidak diceritakan, yang mereka ceritakan adalah kemenangan mereka, padahal kita tahu mereka menangpun dengan cara yang curang. Yang terbesar dari penyelewengan sejarah adalah yang dilakukan oleh Christian Snouck Hurgronje, karena menjadi kaum muslimin palsu bernama Abdul Ghofar dan memperdayai bangsa ini, hingga akhirnya Belanda berhasil mengalahkan Aceh pada awal abad 19. Kalaulah Aceh yang disebut sebagai Indonesia maka bisa dikatakan bahwa Belanda "menjajah" bangsa ini hanya sekitar 40 atau 50 tahun saja, bukan 350 tahun. Dan Aceh pun tidak pernah terjajah secara mutlak, karena suku dan adat, agama rakyat Aceh masih lestari hingga detik ini. Peperangan pemikiran mereka Belanda lakukan hingga detik ini. Bahkan Belanda sampai detik ini belum mengakui kemerdekaan NKRI, 17 Agustus 1945 itu. Yang mengherankan adanya Dubes di kedua negara. Apakah Belanda mengakui NKRI yang merdeka melalui KMB (Konferensi Meja Bundar)? Entahlah, karena KMB terjadi setelah Belanda melakukan dua Agresi. Masuk akal kemerdekaan yang mereka "berikan" pastilah dengan tidak ikhlas setelah adanya KMB tersebut. Bisa anda googling syarat-syarat dan ketentuan KMB yang ada hubungan dengan "pemberian kemerdekaan" NKRI tersebut. Lagi-lagi ini adalah penyelewengan sejarah yang dilakukan kaum imperialis. Sudah saatnya bangsa ini melihat sejarah yang benar, ayo kita gali, ayo kita sadari bahwa NKRI ini adalah bangsa yang merdeka dari sebelum NKRI maupun setelahnya. Jadi karangan-karangan yang bertujuan menjatuhkan mental bangsa ini harus segera diluruskan. Banyak pakar sejarah yang lahir dari bangsa ini, semoga mereka segera memberi pencerahan tentang apa yang sejatinya terjadi dibalik isu "dijajah selama tiga setengah abad" tersebut. 

SOLUSI

Membicarakan ini bukan berarti kita memusuhi mereka - kaum imperialis secara personal - akan tetapi memusuhi apapun yang dilakukan dalam rangka memaksakan kehendak dan merampas hak sebagai bangsa merdeka. Dan ada dua ras penjajah di dunia ini yakni ras kulit putih dan ras kulit kuning. Dan keduanya sudah berusaha menjajah bangsa ini. Hal yang mengganggu saya adalah bahwa penjajahan secara fisik memang kita tidak lagi, akan tetapi penjajahan secara pemikiran, ekonomi dan kebudayaan, rasa-rasanya mereka tidak akan pernah melepaskan kita. Penjajah kita dari Asia adalah Jepang dan dari Eropa : Belanda, Perancis, Inggris, Portugis dan Sepanyol. Produk-produk mereka bukankah tidak asing bagi kita? Kendaraan, kosmetik, elektronik dan sistem pendidikan, sistem pemikiran dan masih banyak kebudayaan mereka yang kita telan dengan tanpa perhitungan. Kita belum sepenuhnya merdeka bukan? Kekinian bangsa ini sekali lagi sedang dicoba dianeksasi secara ekonomi dan jerat hutang oleh Cina. Untuk lebih jelasnya anda bisa melihat, googling, merasakan sendiri - karena berada dalam jaman kita sekarang ini - bahwa kita dibuat tidak bisa lepas dari mereka. Mereka mungkin tidak invasi secara militer akan tetapi secara ekonomi pastilah mereka rencanakan dengan jerat hutang dan pembangunan infrastruktur. Di tambah lagi Cina diaspora ternyata menjadi sesuatu yang mengganggu di negeri ini. Solusi untuk merdeka adalah jangan beli produk mereka secara berangsur, setelah ekonomi rakyat pribumi kuat maka jangan beli produk mereka secara total. Bukankah banyak dari mereka yang mempunyai gerai-mart-pabrik yang mempekerjakan pribumi? Itulah ketika mereka sudah bangkrut dan gulung tikar KITA BELI. Dan karyawan tetap tidak usah dipindahkan biasa saja, kepemilikan saja yang berpindah dan Cina diaspora kepada Konglomerat Pribumi. Ini bukan pemikiran radikal akan tetapi ini pemikiran rasional, bagi yang sudah tidak betah lagi dengan kondisi pribumi yang selalu terpinggirkan dan selalu menjadi obyek pasar dan obyek suara dalam pemilu. Berpikir sedikit saja, belilah apapun dari warung saudara kita - terlihat lebih mahal akan tetapi uang belanja kita bisa menguatkan mereka - keuntungannya kita kadang bisa kasbon dan utang. Pasar tradisional harga bisa kita tawar, Kalau kondisi warung dan pasar tradisional belum bagus adalah tugas dari pemerintah setempat untuk memperbaikinya. Dan bila sebagian besar dari kita menyadari kekuatan kita yang sesungguhnya maka kita akan merdeka sekali lagi. Kalau anda pernah melihat - atau coba cari di internet - konglomerat di negara mana saja pastilah mayoritas adalah Pribuminya, mengapa di negara kita bukan? Apakah pertanyaan ini memecah belah NKRI? Apakah tidak pernah mengusik akal sehat anda? Apakah sebuah kejahatan membeli dari warung saudaranya? Apakah sebuah perusak persatuan bila pribumi ingin menjadi konglomerat di tanah nenek moyangnya sendiri seperti bangsa dan negara lain? Tidak perlu emosi dan tidak perlu adanya kekerasan untuk kita merdeka sekali lagi, bebaskan dulu cara pandang anda mengenai diri anda yang masuk dalam bangsa Indonesia ini. Berbicara SARA di tengah keragaman bangsa ini menjadi sebuah keniscayaan. Yang tidak diperbolehkan adalah menghina SARA, memecah belah SARA dan berbuat tidak adil atas nama SARA. Toleransi bangsa ini sudah khatam. Jadi jangan minder wahai saudaraku, kalian adalah calon konglomerat di NKRI ini, kalau kalian mau berpikir dan mau bersatu. Semoga tulisan singkat ini bisa menjadi bahan pemikiran bersama. 

Minggu, 20 Desember 2020

AKHIR TAHUN 2020

 TETAP SEMANGAT MENUJU TAHUN 2021

Tahun kemarin adalah tahun kembar dan tahun yang akan datang adalah tahun kakak beradik. Kakaknya tahun 20 dan adiknya tahun 21/ Tetapi tahun besok mempunyai kesamaan dengan abad yakni abad 21/ Sehingga tahun-tahun yang alhamdulillah kita lalui ini memang mengandung makna-makna yang unik. Kalau kita mau berpikir sebenarnya yang bertambah tua itu waktu apa kita? Yang bertambah dekat dengan ajal waktu apa kita? Yang bertambah degradasi dan mengalamai degenerasi waktu apa kita? Ini pertanyaan yang tidak perlu dijawab. Cukup direnungkan dan dipikirkan ulang, selanjutnya bisa digunakan untuk menjalani hari-hari tersisa dari rangkaian detik-detik yang sudah dan akan kita lewati. Kita adalah manusia yang terbentuk dari gugusan detik-detik dan akan berhenti menjadi manusia di dunia ini pun karena detik-detik. Yang saya tahu ajal tidak akan kurang dan lebih tiap detiknya, eksak!. Keunikan manusia (dan bangsa jin) dibandingkan dengan makhluk lain adalah bahwa kita semua menyadari akan ajal kita masing-masing bukan TEPAT nya kapan akan tetapi tentang PASTI datangnya. Karena makhluk lain hewan, tumbuhan tidak pernah memikirkan hal tersebut. Karena memang piranti yang diberikan Allah SWT tidak diberikan kepada mereka.Piranti puncak dari manusia (dan bangsa jin) adalah akal dan hati, yang nantinya akan menjadi wadah dan hardware untuk menjalankan apa yang disebut sebagai "beban/taklif" kepada manusia setelah memasuki masa akil balig, sering disebut sebagai mukallaf. Prinsip dasar antara manusia dan bangsa jin sama, untuk beribadah kepada Allah SWT hanya saja pada jaman kita sekarang ini, manusialah yang Allah SWT takdirkan untuk menjadi khalifah NYA di bumi ini, karena sebagian riwayat telah menuturkan bahwa masa kekhalifahan bangsa jin sudah berakhir jauh sebelum Bapak Manusia Nabi Adam AS diutus ke bumi. Salah satu legasi dari kekhalifahan bangsa jin adalah iblis, yang akhirnya malah menjadi biang kerok dan hambatan manusia beriman untuk memakmurkan bumi ini dengan jalan yang diridhoi dan sesuai petunjuk NYA. Intinya manusialah sekarang yang menjadi penguasa bumi, bukan untuk ditelantarkan, bukan untuk dirusak, bukan untuk dieksploitasi secara berlebihan dan bukan untuk dibiarkan tanpa bermanfaat. Dan sejak beberapa dekade ini terasa sekali banyak manusia yang lupa dan tidak menyadari bahwa dirinya sudah bertindak seperti buka seorang kholifah, memperlakukan bumi dengan tidak adil. Akibatnya berbalik kepada kita sendiri, iklim yang tidak bersahabat - tadinya bersahabat - pemanasan global - naik hampir 1,5 derajat selsius setiap tahunnya  - dan angka itu kata para ilmuwan bisa saja meningkat drastis, sumpek dan gerahnya ekosistem bumi karena ketidaksadaran manusia dalam mengelola dan memakmurkan bumi ini. Maka saya mengajak untuk menanam pohon, minimal dalam pot di rumah. Jangan sampai kita punah karena terlalu mengandalkan orang lain. 

MENUJU TAHUN 2021

Tinggal menghitung hari, sekitar sepuluh hari lagi dari saya posting tulisan ini. Semoga kita semua bisa lebih memahami makna dari umur, usia dan sisa umur kita masing-masing. Karena ajal bukan sistem antri berurutan artinya yang nomornya kecil ajalnya duluan dan yang nomornya besar belakangan, bukan seperti itu. Akan tetapi ajal adalah sesuatu yang unik dan hanya ada satu untuk tiap individu manusia. Dan tiap-tiap yang bernyawa dan mempunyai nafas pasti akan mati. Ini mutlak, tidak ada yang abadi di bumi ini. Hubungannya dengan angka dan umur, sebetulnya hanya sekedar pengingat. Karena angka bisa dibuat dan bahkan bisa dipalsukan sedangkan umur yang sebenarnya tetaplah berjalan, sebagaimana ajalpun tetap sama tidak kurang tidak lebih. Selamat tahun baru 2021 semoga dengan berkurangnya jatah kita di bumi ini menjadikan kehidupan kita lebih baik atau kita lebih mau berdamai dengan kenyataan bahwa tanggungjawab kita semakin berat, dan kemampuan kita perlahan namun pasti akan bertambah kemudian berkurang diiringi sang waktu. Semoga tahun depan COVID19 - sudah berumur hampir dua tahun - segera bisa diatasi dengan tuntas.

Senin, 26 Maret 2018

TERGELITIK INDONESIA YANG "BUBAR 2030"

INDONESIA ADALAH KEAJAIBAN YANG DIBERIKAN TUHAN DI BUMI INI
Jangan malu menjadi orang Indonesia, jangan mau dipecah belah, dan jangan mau dikuasai secara mental dan moral oleh bangsa lain yang bertujuan untuk memiliki negeri surga ini. Untaian jamrud khatulistiwa ini, seharusnya dan secepatnya harus dijadikan "milik rakyat Indonesia sendiri", dan untuk mewujudkannya adalah tugas dari negara untuk mengaturnya. Bukan undang-undang yang ada campurtangan dari negeri dan kepentingan bangsa lain. Tetapi murni aspirasi dan amanat penderitaan rakyat Indonesia. Murni, luhur, adiluhung dan mencerminkan pribadi bangsa ini yang berperadaban sangat maju jauh-jauh sebelum ditemukannya revolusi Industri di Eropa sana. Dengan berbagai keunggulan dari semua suku bangsa yang ada di Indonesia ini, tidak ada yang berusaha untuk mengunggulkan dirinya demi saudaranya yang lain. Meletakan ego dan harga diri (memang semua rakyat Indonesia adalah sangat berharga) - demi persatuan dan kesatuan bangsa ini, Indonesia di tahun 70-80 an saja, orang masih  dunia belum begitu menyadari akan kekuatan dan potensi serta "isi dapur" negara dan bangsa ini, mereka hanya melihat secuil dari bagian bangsa yang sangat besar ini yakni Bali atau Pulau Bali - pulau dewata di Indonesia, terkenal karena keindahan dan budaya nya - merekapun terkagum-kagum dan semakin hari semakin banyak "bagian-bagian istimewa" dari negara Indonesia ini. Bali semakin tenar di dunia, di ujung timur sana ada Raja Ampat kawasan laut eksotis yang sangat indah, termasuk budaya saudara kita yang disana pun sangat bagus. Melihat Indonesia yang begitu ajaib mereka bahkan ada yang dengan senang hati menjadi WNI dan tidak mau pulang ke negara asal mereka. Banyak sekali hal itu terjadi. Adalah seperti sebuah hipnotis keindahan negara Indonesia ini, membuat bangsa-bangsa imperialis ngiler ingin menguasai atau berkuasa lebih lama di nusantara ini - sebelum menjadi Indonesia kita tenar dengan sebutan nusantara - bangsa belanda, portugis, sepanyol dan Inggris, serta percobaan oleh bangsa Mongol (kubilaikhan - jaman raja kertanegara), ini karena mereka sebenarnya sangat tahu dan sangat yakin bahwa inilah syurga dunia, keajaiban dunia yang Tuhan Yang Maha Esa ciptakan di bumi. Negara maritim terbaik di bumi, negara dengan iklim terbaik di bumi, negara dengan suhu yang paling stabil di bumi - tanpa teknologi kita bisa hidup di Indonesia, berbeda dengan yang beriklim ekstrim, gurun pasir dan padang es misalnya - dan anda bisa buktikan masih ada saudara kita yang masih nomaden di pedalaman sumatera dan kalimantan, tanpa listrik, tanpa phone cell mereka masih bisa bertahan hingga hari ini dari berabad-abad yang lalu. Rangkuman keindahan dan keajaiban ini ditambah lagi mereka mau bersatu dalam wadah NKRI. Menjadikan bangsa ini adalah bangsa yang berhasil "merebut kemerdekaan",  menampakkan jatidiri dan mempunyai "konsensus/persetujuan umum" untuk bersatu dengan tidak menghilangkan ciri dan identitas kesukuan mereka. Ini adalah keajaiban lainnya.


MUNGKINKAH MUSUH BANGSA INI ADA YANG TIDAK RELA ?
Apakah bangsa Indonesia tidak punya musuh ? Indonesia adalah bangsa yang cinta damai, anti permusuhan tetapi lebih mencintai kemerdekaan. Jadi kalau ada bangsa seperti jaman Belanda, Jepang, atau sebelum itu, maka rakyat Indonesia - rakat nusantara - tidak akan tinggal diam melenyapkan kelalilman dan penindasan yang ada di atas bumi pertiwi ini. Dan itu sudah dibuktikan dari jaman Raja Kerta Negara yang dilakukan oleh Raden Wijaya. Mengusir bangsa Mongol dari bumi pertiwi, dan para pahlawan pengusir Portugis, Belanda, Sepanyol dari bumi nusantara ini. Bukti sudah jutaan rakyat Indonesia - atau rakyat nusantara - menjadi pahwalawan yang gugur, itu bukti valid bahwasanya putra-putri nusantara memang sangat mencintai tanah tumpah darahnya. Kita sudah menjadi bangsa yang merdeka, berusaha untuk cinta damai dengan berbagai organisasi dunia yang menjamin ke arah tersebut tahun dahulu kita menjadi negara non-blok, menjadi anggota PBB dengan mengirim pasukan perdamaian ke penjuru dunia. Akan tetapi musuh dari bangsa ini memang tidak akan mungkin rela melihat bangsa ini menjadi hebat, menjadi kuat dan menjadi role model bagi homogenitas dalam berbangsa, yang mereka tidak rela adalah bila bangsa Indonesia menjadi kuat dan menjadi pandai dan maju. Dengan berbagai macam cara yang sangat halus namun membuat bangsa ini tidak berdaya, terpedaya dan terpesona, padahal bangsa ini sudah masuk kendali musuh-musuh kita. Sekali lagi dengan tidak terasa. Pernahkah anda melihat dan merasakan adanya sesuatu yang membuat diri dan bangsa ini "perasaan" tidak ada bagus-bagusnya ? Kita lebih cinta produksi barang dan jasa dari luar negeri, kita lebih memandang bangsa lain lebih maju dan lain sebagainya. Mengapa hal itu terjadi ? Karena kita memang sudah tidak lagi menjadi bangsa Indonesia sejati yang berdikari dalam kedaulatan negara, ekonomi dan kebudayaan.Dan itu sudah terjadi sekarang ini. Mindset atau pola pikir bangsa ini menjadi bangsa yang tidak kuat dalam menghadapi proses, maunya instan - korupsi dan nepotisme, plagiarisme (latah) adalah salah satu buktinya - menganut paham kapitalis yang kental, terbawa arus individualis dan materialis, dan itu nyata. Saya kadang bertanya masih adakah sisa-sisa jati diri dari bangsa ini ? Jawabannya adalah merupakan renungan bagi kita semua, mau mempertahankan jati diri bangsa ini atau malah mau menjadi bangsa yang latah dan pengekor seperti yang terjadi seperti sekarang ini. Mereka menjajah kita bukan dengan fisik, tetapi dengan bentuk lain yang lebih mengerikan dari penjajahan fisik, yaitu penjajahan mental dan mindset. Pernahkah anda merasakan bahwa kita sudah lupa dengan diri sendiri ? Mana bangsa yang mendiami nusantara ribuan tahun yang adi luhung, ulet dan giat dalam membangun peradaban, yang ramah dan bersatu padu. Semua itu mulai lentur dan bahkan luntur. Perbuatan siapakah ini atau kebetulan ? Sejarah mencatat bahwa watak imperialis tidak akan hilang dan dimodifikasi sedemikian rupa agar tetap lestari dan eksis, dulu penjajahan fisik, sekarang penjajahan mental, moral, kebudayaan, ekonomi dan bahkan politik-bernegara. Sebab penjajahan fisik adalah bentuk penjajahan jaman lampau yang lebih mudah untuk dimerdekakan. Sampai kapan kita begini ? Sampai musuh-musuh bangsa ini rela melepaskan cengkeramannya ? Sungguh itu sebuah impian yang muskil dan mustahil.

PENDIDIKAN YANG MEMBUAT BANGSA INI MUNDUR
Tertinggal di belakang itu kalau bangsa lain membangun sementara bangsa kita stagnan-jumud-ajeg, itu namanya tertinggal. Akan tetapi saya resah dengan bangsa ini yang bahkan berjalan mundur dalam dunia pendidikan terutama. Dari tingkat PAUD s.d PERGURUAN TINGGI. Saya hanya melihat dari segi sebagai orang tua yang mengalami bagaimana perbedaan pendidikan kita dari saya kecil hingga anak saya sudah menjelang kuliah. Cukup lama, dari jaman orde baru hingga jaman sekarang. Saya melihat dan merasakan betapa anak-anak saya tertekan dengan pelajaran yang diberikan oleh sistem pendidikan kita (kurikulum), anak-anak SD dijejali berbagai macam mata pelajaran yang menurut saya diluar batas kemampuan dan di luar nalar dari anak-anak seusia mereka. Tidak masuk akal, tidak masuk nalar dan dituntut oleh sistem pendidikan agar nilai akademik dan non-akademik menjadi bagus atau kalau bisa sempurna. Ada apa dengan kurikulum kita ? Siapakah yang merancangnya ? Apakah tidak ada ahli mental dan perkembangan anak di dalam tim penyusun kurikulum pendidikan kita ? Kalau anda menyadari bahwa pelajaran yang penting bagi kehidupan seolah dibuat untuk menjadi momok yang menakutkan bagi anak didik kita, termasuk mahasiswa saya tidak terlalu tahu, karena mahasiswa sudah dewasa mau diberi materi dan tingkat kesukaran yang ekstrim sekalipun seharusnya mereka memang sudah kompatibel dan kredibel daya nalar dan daya pikirnya. Yang saya sayangkan adalah tingkat pendidikan dasar dan menengah kita yang "menjemukan" dalam - saya katakan - menjejali otak anak kita dengan pelajaran yang sangat heterogen dengan tingkat kesulitan yang tidak masuk akal. Makanya saya menanyakan apakah tidak ada ahli (psikolog) anak yang merancang dan menyusun kurikulum pendidikan dasar dan menengah kita ? Kalau kaitanya dengan postingan saya ini, saya melihat ada tiga mata pelajaran (saya sebut dari SD s/d SMA/SMK saja) yang sangat krusial yang sengaja dibuat sedemikian HOROR bagi anak didik kita, yang tidak dibikin horor malah ditiadakan. Saya melihat semua pelajaran adalah penting, akan tetapi tiga pelajaran pondasi inilah yang memundurkan bangsa ini di kemudian hari kalau kurikulum tidak diperbaiki dengan ekstrim. Pelajaran dasar semua ilmu pengetahuan yaitu MATEMATIKA (dulu aljabar), terkesan sangat horor dan berapa banyak anak yang gemar matematika? Padahal kalau materi yang diberikan adalah asupan yang pas bagi anak didik kita, matematika adalah pelajaran yang menyenangkan, seperti tebak-tebakan, mencari solusi, permainan dan lain sebagainya, sebagai sesuatu yang asyik, bukan yang SULIT apalagi HOROR. Anda bisa melihat sekarang bahwa anak SD sekarang diberikan asupan pelajaran untuk SMA di jaman saya. Atau sesekali anda yang masih punya anak SD cek dan coba kerjakan PR mereka anda akan melihat bahwa itu bukan "asupan yang seharusnya buat mereka, terlalu berat, rumit dan diluar nalar", oke lah bagi anak yang jenius - di atas rata-rata - mungkin bukan sebuah persoalan, akan tetapi mereka itu adalah minoritas bukan ? Rata-rata anak adalah yang biasa-biasa saja. Sepuluh, duapuluh tahun ke depan apakah akan ada ilmuwan bila matematika yang menjadi dasar dari semua ilmu sains itu tidak dicintai, tidak disukai dan tidak diminati oleh sebagian besar bangsa ini karena merupakan pelajaran yang bukan saja tidak mengasyikkan bahkan horor ? Metematika sengaja "mereka" buat menjadi horor agar bangsa ini "mundur" dari peradaban. Kalau anda melihat nenek moyang kita begitu tinggi ilmu matematika mereka, semua candi yang tinggi megah kalau mereka tidak jenius di matematika tidak mungkin membangun peradaban yang sangat tinggi tersebut. Pelajaran ke dua yang tidak kalah horor dan rumit-runyam adalah FISIKA (baik dasar maupun terapan), apakah ada campur tangan "mereka" lagi dalam membuat gambaran pelajaran fisika ini ? Kalau dari sebab akibat dan tujuan "mereka" saya yakin bahwa ada andil dari pihak-pihak yang ingin agar bangsa ini di masa depan menjadi "penikmat teknologi" - terjajah secara teknologi - karena induk dari teknologi dan sains adalah MATEMATIKA DAN FISIKA. Dua pelajaran yang paling "menakutkan" dan " tidak digemari" oleh anak-anak bangsa sekarang ini - kalau mau jujur - anda seharusnya bersyukur  bila anak anda masih senang dan cinta dengan pelajaran yang GAHAR tersebut. Saya jadi curiga dan menjadi prihatin tentang keadaan ini. PONDASI dan MODAL DASAR untuk kemajuan sebuah peradaban dipaksa dijauhkan dari anak-anak nusantara, padahal mereka adalah generasi bangsa yang akan memegang estafet kepemimpinan bangsa ini di masa depan. Sudah saatnya bagi pemerintah untuk meninjau kembali kurikulum yang menjadikan "pintu gerbang" menjadi pembawa kemajuan peradaban - cerdik pandai dan para penemu alat sain dan teknologi - yang "dijauhkan dan dibuat corak mengerikan" ini dibuang, berikan anak didik sesuai PORSI, DAYA NALAR DAN TINGKAT KESULITAN yang pas buat mereka. MATEMATIKA DAN FISIKA bagi anak-anak dan remaja haruslah RINGAN, MENYENANGKAN DAN TIDAK DIPERSULIT/RUMIT. Satu lagi mata pelajaran penting yang "terlihat dan serasa" diabaikan atau bahkan dilupakan, mata pelajaran BUDI PEKERTI (AHLAK) sesuai dengan agama dan kepercayaan anak didik. Sehingga pelajaran ini adalah pelajaran yang aplikatif dan seharusnya langsung, memberi pendidikan budi pekerti dan ahlak haruslah diberi contoh, ada suri tauladan dari sang pendidik. Dan terkesan sudah mulai luntur, guru tidak lagi dihargai, guru tidak lagi dipandang seperti kepada orang tua sendiri, adakah yang salah ? Ya benar, karena pelajaran budipekerti adalah pelajaran hidup di masyarakat, pelajaran hidup yang sesungguhnya. Ini akan membentuk jati diri, membentuk mental dan membentuk kepribadian dari anak didik. Kalau "terkesan di hilangkan seperti sekarang ini" maka tidak heran terjadi tawuran dari tingkat SD bahkan lebih naif lagi mahasiswa pun tawuran. Ada apa ini ? Miris sekali rasanya bila melihat hal-hal yang sangat mendasar ini terjadi,  bahkan menjadi "lumrah". Ya Allah, berikan kekuatan kepada para pemimpin bangsa ini, untuk segera memperbaiki iklim buruk dunia pendidikan kita. Terutama tiga mata pelajaran POKOK dan PONDASI. Yang menjadikan anak didik dan mahasiswa menjadi MANUSIA INDONESIA, bukan hanya sekedar menjadi orang pintar. MATEMATIKA, FISIKA DAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI, adalah sarana yang pokok, vital dan wajib. Jangan jauhkan ketiganya dari anak didik kita. Caranya ? Menjadikan ketiganya bukan lagi horor, bukan lagi yang rumit dan runyam. Yang jadi pertanyaan bukan pemerintah dan pemegang kebijakan tidak mampu, mau apakah tidak, barangkali itu yang lebih mendekati.

Nah kembali, apakah ini menyebabkan Indonesia akan bubar 2030 ? Saya bukan ahli politik, dan bukan simpatisan politik, sehingga saya melihatnya tentang pernyataan dari salah seorang tokoh politik Indonesia membuat saya sebagai warga negara Indonesia tergelitik, dan berpikir. Apakah itu mungkin ? Jawabannya adalah mungkin, negara sebesar USSR (uni soviet) tahun 90 pun bubar bukan ? Dan bahkan negara itu termasuk super power, yang super power saja bisa bubar, apakah yang tidak super power tidak bisa bubar ? Tentulah ada kemungkinan yang sama. Tetapi saya pribadi sangat tidak menginginkan negeri ini bubar, terpecah seperi Uni Soviet. Harapan saya anda pun demikian, karena dari harapan dan kemauan kita semua maka NKRI tetap akan utuh. Saya rasa tokoh politik tersebut bukan "memastikan" akan tetapi memberikan sebuah analisa yang tentu dengan ilmu dan data yang tidak main-main. Dan semoga bagi para pemimpin yang sedang diberi amanah saat ini bukan dipandang sebagai sebuah "ujaran pesimisme" akan tetapi dijadikan sebuah "ujaran peringatan dini" sehingga memperbaiki kinerja di segala lini yang tidak tertangani dengan sempurna. Para pengamat politik memberi masukan, para ahli ekonomi memberi solusi, tinggal ego dan kepentingan dari para pemegang kekuasaan sajalah yang diharapkan bisa "mengalah" untuk memperbaiki keadaan yang ditengarai atau diprediksi akan menjadi bencana di masa depan. Karena bila terjadi bubar nya Indonesia adalah bencana besar, dan semoga tidak akan terjadi.



RENUNGAN
Menuliskan sesuatu kebenaran yang emosional seperti ini - saya tergelitik karena saya tidak rela NKRI bubar, isnya allah tidak akan terjadi - sebenarnya harapan saya agar bisa direnungkan oleh para pengemban amanah negeri ini. Tulisan seorang buruh yang merasakan keprihatinan kepada mondar mandirnya berita yang berupa hoax, tentang ketidak pastian masa depan anak didik kita, tentang bahaya yang mengancam negeri, tentang pemisahan bangsa ini dengan jatidirinya, tentang penjajahan yang sangat halus ini, tentang penggembosan intelektual bangsa ini - dilakukan dari pendidikan dasar - kemanakah lagi bangsa ini kalau pendidikan dasarnya dibuat sedemikan rupa menjadi orang yang buta teknologi dan sains (matematika dan fisika dijauhkan, dipersulit, diperumit), menjadi orang yang menjadi "terjajah secara teknologi dan sain", menjadi bangsa yang mundur. Merenungkan hal tersebut membuat hati saya semakin trenyuh. Dan harapan selalu ada, jangan putus asa, pertahankan Indonesia. Bagi para pemegang amanah bangsa ini, saya mohon, perbaiki kurikulum pendidikan bangsa ini, hemat saya, tidak apa-apa anak didik kita tidak menjadi manusia segala tahu, yang penting mereka bisa menjadi manusia yang bisa hidup dengan layak - karena ilmu pengetahuan dan ahlak yang baik -, sederhanakan kurikulum pendidikan anak didik kita terutama pendidikan dasar dan menengah. Jadikan sekolah sebagai tujuan yang menyenangkan bagi anak akan nusantara ini. Bukan menjadi tempat yang mendebarkan dan tidak kerasan di dalamnya. Salah satu musuh terbesar bangsa ini adalah kebodohan dan kemiskinan. Pendidikan yang berhasil setidaknya bisa mengusir musuh dalam diri sendiri tersebut. Terima kasih. 

Kamis, 06 Juli 2017

MENGAPA HARUS MENJADI ORANG INDONESIA

MENJADI ORANG INDONESIA
Saat ini menjadi orang Indonesia adalah sangat tidak menyenangkan bagi rakyat Indonesia sendiri. Terpinggir

Rabu, 12 November 2014

NEGARA MARITIM SUDAH DARI JAMAN DULU

NEGERI BAHARI
Nusantara adalah negara kepulauan dan tentu saja laut (bahari/marine) adalah bagian yang lebih luas dari daratan hampir 2/3 dari seluruh luas negeri ini.

Peta Indonesia

Bisa anda bayangkan betapa luasnya laut nusantara ini, dan panjang pantai termasuk yang terpanjang ke 4 di dunia. Jadi memang dari jaman dulu negeri ini memang sudah menjadi  negeri maritim dan terbesar di asia tenggara. Mungkin juga di Asia. Nusantara lama pun merupakan negara maritim terkenal dengan para laksamananya bahkan ada laksamana putri yakni Malahayati. Itu bukti nyata bahwa negeri ini memang nenek moyangnya adalah para pelaut (tentu saja bukan keturunan popeye lho..). Dan era pun berganti, entah dari mana tiba-tiba negeri maritim ini sudah menjadi negeri yang memusatkan kekuatannya di darat. Mungkin kalau melihat sejarah ketika Kesultanan Demak (berada di pesisir utara pulau jawa) dan di pindah oleh Joko Tingkir (sultan hadiwijaya) pindah ke darat (tengah pulau yakni Pajang), nah barangkali para penguasa Indonesia meniru Joko Tingkir yang memindahkan kekuatan politiknya dari Laut (maritim) menjadi kekuatan Darat. Nah, pada jaman Joko Tingkir bisa dimaklumi luas negerinya belumlah seluas sekarang, dan masuk akal kalau memusatkan kekuatannya di Pajang yang memang di darat. Tetapi yang terjadi bangsa Indonesia malah mengikuti Joko Tingkir yang memusatkan kekuatannya di darat, padahal kalau ibukotanya sendiri sudah jelas dekat sekali dengan laut, Jakarta. Hanya politiknya saja yang berorientasi ke darat.
Kesimpulan negeri ini memang sudah menjadi bangsa bahari dari jaman dulu kala, nusantara lama bahkan lebih lama dari hal itu.

BERGANTUNG KEPADA ORANG LAIN
Kalau ada isu-isu bahwa negeri ini "meminta bantuan" kepada negara asing untuk "turut serta" mengawasi wilayah perairan nusantara ini. Ini merupakan kemunduran ratusan tahun bahkan merupakan kemunduran bangsa ini secara "memprihatinkan". Yang menjadi persoalan sebenarnya adalah bahwa mereka yang berpartisipasi "mengamankan" wilayah perairan negeri ini, tidak ada yang ikhlas tanpa pamrih. Ini bentuk dari deal-deal politik yang jelas sangat merugikan bangsa ini secara keseluruhan. Mereka berdalih membantu mengawasi dan mengamankan dari "illegal fishing", bukan masalah mau atau tidak mau dibantu, bahkan malu atau tidak malu dibantu. Tetapi seperti yang saya katakan tadi bahwa mereka pasti "ada pamrihnya". Tidak serta merta dengan "free" membantu bangsa ini. Sebenarnya para pemegang jabatan dan pemerintahan sudah mengetahui hal ini, tetapi apakah mereka tidak mengambil hikmah dari beberapa negara lain yang melakukan hal yang sama dengan bangsa ini, mereka meminta "neo imperialis" datang ke bumi mereka, setelah datang mereka langsung menancapkan kuku kekuasaannya dengan sangat halus di negeri-negeri tersebut. Apakah saya tidak bisa mengatakan bahwa negeri ini sedang digiring ke arah sana ? Menjadi negeri yang digadai untuk kepentingan sesaat yang tidak menguntungkan semua rakyat ini ?. Sudah saatnya kita membuat "swasembada dalam urusan patroli-patroli laut" yang memang sangat amat luas ini. Jangan belum-belum sudah "menyerah" dan malah menyerahkan tugas ini kepada bangsa lain yang notabene sangat membahayakan marwah dan izzah dari bangsa Indonesia ini. Dan ada udang dibalik batu itulah yang sangat "perlu diperhatikan dan dipertimbangkan" dengan bijaksana dan seksama. Pak presiden dengan  langkahnya sudah tepat, orientasinya menuju ke arah MARITIM artinya kembali ke trek yang sudah benar. Kita tunggu saja krida dan istiqomahnya bapak persiden yang kita cintai ini. Berikan doa dan dukungan kepada presiden yang sudah kita pilih ini.


nenek moyangku seorang pelaut
gemar mengarung luas samudera
menerjang ombak tiada takut
menempuh badai sudah biasa.....

SOLUSI
Menyandarkan kepada kekuatan sendiri khususnya untuk wilayah perairan yang sangat luas ini. Perkuat dan perbaiki alat dan SDM dari TNI-AL khususnya, berikut dengan kapal-kapal patroli yang jumlah dan kualitasnya harus disesuaikan dengan optimal. Artinya SDM dan Alat harus proporsional dengan luas wilayah dan keunikan nusantara ini. Kebijakan dari pemerintah adalah salah satu solusi yang terpenting. Bila menyandarkan tugas mulia ini kepada bangsa lain..... saya tidak yakin bangsa ini akan bisa menemui kembali kejayaannya seperti jayanya nusantara lama, ingat bangsa ini adalah bangsa yang pernah besar, dan jaya dimasa lampau, bukankah sebagian besar dari kita termasuk keturunan dan generasi penerus dari mereka ?
Semoga harga diri bangsa ini tetap terjaga, berdikari, dan semakin menyadari bahwa bangsa ini memang 
terlahir sebagai bangsa bahari.


Kamis, 23 Oktober 2014

REALITAS PENDAPATAN KELUARGA DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

BBM HARUS NAIK
Sering saya sebagai rakyat kecil sulit untuk mengartikan bahasa "politik" tersebut, BBM HARUS NAIK, dan katanya bila tidak naik - ada yang bilang tadinya BBM disubsidi pemerintah - akan membahyakan kelangsungan negara ini. Tertangkap oleh saya bahwa "hanya punya satu jurus" untuk mengakali "bahaya" yang mungkin timbul dari "beban" subsidi kepada rakyatnya sendiri, yaitu menaikkan BBM. Bahasa politik memang susah dimengerti akan tetapi akibat dari bahasa yang saya sulit mengerti inilah semua kebutuhan yang ada menjadi mahal.  Belum naik BBM saja saya sudah mengencangkan ikat pinggang, kalau anda lihat saya sudah mentok tuh sabuknya - sampai bolongan sabuk terkecil hingga pinggang saya "nawon kemit", karena saking mengencangkan ikat pinggangnya. Yang saya pertanyakan apakah di sana (pemerintah pejabat wakil rakyat dan pegawai negeri lainnya) juga ada upaya untuk mengencangkan ikat pinggang seperti saya. Kalau jurus yang dipakai hanya satu, apakah saya tidak boleh mempertanyakan "kredibilitas" dari pemerintahan yang ada ? Dari dulu BBM menjadi senjata ampuh untuk pencitraan kaum elit politik yang bekerja dengan tidak ikhlas. Sudah selayaknya rakyat mendapatkan subsidi - kalau anda browsing di google apakah ada negara yang tidak memberikan subsidi kepada rakyatnya ? - dan sudah menjadi hak dari rakyat yang selalu membayar pajak (ppn, penghasilan, pembelian produk, Pbb, dll), akan subsidi yang memang seharusnya diberikan kepada kami dari pemerintah. BBM harus naik ? Itu momok bagi kami rakyat kecil dengan penghasilan yang pas-pasan kalau tidak mau dibilang kurang. Karena BBM adalah akar dari semuanya, transportasi, listrik, pabrik, mesin-mesin pertanian, kapal  nelayan, yang semuanya memakai BBM dan semuanya itu juga merupakan penopang berjalannya sembako, paling terasa adalah kebutuhan pokok semakin mahal dan tak terbeli (yang berkualitas layak), kalau kemampuan ekonomi kami memang sudah mapan, subsidi dicabutpun tidak menjadikan masalah, kalau ekonomi kami sudah mapan BBM naik pun bukan merupakan kendala. Akan tetapi kami saja yang bekerja tetap begitu merasakan dampak dari kenaikan BBM ini, apalagi saudara kita yang kebetulan belum punya pekerjaan tetap, kerja serabutan dan bahkan yang masih tunakarya. Keluhan yang tidak berguna ini memang hanya sekedar masukan kepada pemerintah yang berwenang dan seharusnya berempati kepada rakyat. Kalau sekedar BLT menurut saya itu tidak membantu secara permanen, hanya instan dan dampaknya sangat tidak baik. Berikan pancing dan kolam yang ada ikannya, bukan berikan ikannya saja. Itu istilah kami tentang BLT, diberi ikan saja tanpa tahu bagaimana cara menangkapnya, dimana menangkapnya dan bagaimana menjadikannya lebih langgeng, bukan sementara seperti BLT. Adakah ada jurus lain selain menaikkan harga BBM ini ? Perlu ditunggu keputusan pemerintah kita yang baru ini, bila hanya mempunyai jurus yang itu-itu saja, berarti tidak ada perubahan dari dulu hingga kini.

KELUHAN YANG TIDAK ADA MANFAATNYA
Ada yang mengadakan demo tentang kenaikan BBM ini, tetapi apa manfaatnya, karena di demo berapa kalipun tetap BBM ujung-ujungnya naik. Mengeluhpun tidak ada manfaatnya karena subsidi tetap akan dicabut. Terasa bagi kami pukulan-pukulan telak kepada kantong dan dapur kami, belum lagi TDL listrik naik, belum lagi anak-anak sekolah dengan berbagai iuran yang sangat membebani, tapi semua itu hanya saya tuliskan tanpa meminta anda atau pemerintah untuk empati kepada kami. Kami sudah terbiasa dengan hal ini, dengan penderitaan yang tidak semestinya terjadi bila para pemimpin kami adalah orang-orang yang terpilih, cakap, bermoral, dan mau menunaikan amanah yang dibebankan kepada mereka. Tapi ini sepertinya hanya keluhan yang hilang ditelan dunia maya. Mengeluh tidak ada gunanya tidak merubah keadaan, apalagi merubah kebijakan pemerintah yang sudah diputuskan.

REALITAS PENDAPATAN KELUARGA DAN KENAIKAN BBM
Ini menjadikan sebuah ironi bagi saya pribadi, perusahaan tempat saya bekerja dengan adanya kenaikan BBM ini maka ongkos operasional perusahaan menjadi membengkak, secara logika mereka tidak mungkin menaikkan gaji saya dalam waktu dekat-dekat ini, BBM naik gaji tetap, apakah saya boleh mengartikan bahwa gaji saya turun, atau minus? Inilah kenyataan yang sebenarnya dari orang-orang seperti saya tentang kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM, dan kami tidak bisa menolak, hanya menyampaikan informasi dan aspirasi, inilah dampak yang terjadi dengan pendapatan saya sehubungan dengan pengurangan atau pencabutan subsidi BBM (yang mengaikbatkan kenaikan harga BBM), dan kami sudah mengikat ikat pinggang lebih kencang lagi, semoga tidak terjadi pada anak cucu saya kelak, cukup orang  tua seperti saya saja yang mengalami ini. Pemerintah seharusnya memberi subsidi kepada masyarakat - sudah menjadi kewajiban pemerintah dan menjadi hak rakyat - bukan malah memutar-mutar subsidi untuk kepentingan yang kami sendiri tidak paham apa akibatnya kalau tidak menaikkan BBM (subsidi tetap diberikan kepada rakyat). Tidak ada solusi dari rakyat kecil, solusi datangnya dari pemerintah dengan kebijaksanaan yang menimbang-nimbang hati nurani dan perasaan rakyat kecil (amanah penderitaan rakyat). Apakah ini akan terjadi dengan baik, atau tetap dalam koridor seperti biasanya, tetap saja kami sebagai rakyat kecil dalam posisi yang tidak pernah menguntungkan. Sudah obyek, ditambahi lagi dengan obyek penderita.Saya lupa bahwa saya masih warga negara republik Indonesia yang hak-haknya tidak bisa terambil karena keterbatasan saya sendiri, dan perlu anda tahu saya tidak akan komplain kepada siapapun, akan taat hukum, dan tidak berbuat yang aneh-aneh, saya manut saja dengan pemerintah apapun kebijakan yang dilakukan oleh mereka. Semoga menjadikan bangsa Indonesia tambah makmur merata dan sejahtera lahir batin. Harapan selalu ada.

KRITIK BUKAN BERARTI BENCI

SUDAH DARI DULU SAYA KRITISI Bagi yang pernah membaca tulisan-tulisan saya dari mulai saya menulis di blog ini, pasti tahu dengan pasti saya...