Dalam sejarah terusan Zues pernah dikuasai bangsa lain, dan presiden Mesir kalau tidak salah Gamal Abdul Nasser, tahun 1956, biarpun ditentang oleh Prancis, Inggris dan tentu Israel,...tetap tidak bergeming agar tetap dinasionalisasi dikuasai oleh Yang Punya Tanah yakni Mesir, dan jadilah terusan yang sangat ramai = dan memang berada didaerah kekuasaan mesir= ini menjadi milik Mesir seutuhnya, bukan "disewa" pihak asing seperti Prancis, apalagi dikuasai,...sungguh contoh heroik yang nyata di jaman sekarang, dan kita rasanya (baca :pejabat kita) lebih senang = memprivatisasi = asset negara yang mengandung dan diperuntukkan bagi rakyat banyak,....contohnya satu saja, Indosat, jaman presiden Megawati Soekarno Putri, diprivatisasi atau malah di"lego" keluar negeri (pembelinya adalah Perusahaan Telekomunikasi Singapura), ibarat punya CCTV remotnya dau diberikan kepada Singapura, segala kegiatan kita bisa dipantau seenak perut mereka sendiri,.....dan anehnya ini tidak pernah "terpikirkan" oleh pejabat yang berkuasa,....Indosat adalah salah satu contoh kecil, bagaimana dengan pulau yang dicaplok Malaysia? Sipadan dan Ligitan ? Jawabnya pun sama, karena kita lebih senang "memprivatisasi atau bahkan menjual aset bangsa ini dengan "blunder" yang sangat tidak masuk akal, sudah rugi membahayakan pula. Bagaimana mungkin kita bisa menasionalisasi berbagai perusahaan asing yang sangat merugikan bangsa ini, bila dalam benak pejabat hanya ingin "menjual, menjual, dan menjual" dengan harapan, adanya komisi, komisi dan komisi, tidak peduli bangsanya akan hancur, tidak peduli rakyatnya menjadi korban, yang penting dapat "jatah" dari aksi "obral tanpa dosa" ini.
Bisa mencontoh presiden Gamal Abdul Nasser adalah isapan jempol belaka, atau khayalan tingkat tinggi setara mimpi disiang bolong. Cam kan dengan baik, yang akan saya sebutkan berikut ini :Freeport, Exxon Mobile, Blok Natuna, Blok Ambalat, Timor Timur, Indosat, ...... apakah TIDAK MUNGKIN dinasionalisasi, adakah yang berani seperti presiden Hugo Chavez (venezuela) yang mengusir pemilik modal asing yang "merugikan bangsanya", sekali lagi yang merugikan bangsanya (venezuela) lalu dinasionalisasi, kalau yang mau kompromi dengan Pak Hugo - yang jelas menguntungkan rakyatnya - boleh bercokol disana tetapi dengan pengendalian pemerintah Pak Hugo Chavez, ini luar biasa, tidak seperti Indonesia, negeri yang sangat BANCI dan MALU-MALUIN dalam membela rakyatnya,.....biarlah pembagian hasil yang sangat tidak adil, demi pembangunan - pertanyaanya adakah Insinyur yang berasal dari Indonesia, yang bisa menggantikan tenaga asing yang dibayar mahal itu ?, atau berpuluh-puluh tahun hanya ada orang dungu yang menyandang gelar Sarjana Teknik (Perminyakan, Metalurgi, Pertambangan dll) ?? Adalah hal ini mustahil, banyak jenius produk dalam negeri dari Indonesia asli - bukan orang indo melainkan orang Indonesia - pembagian yang adil adalah 55 pemerintah dan 45 si penyewa/pengelola karena kita yang punya, bukan bagi hasil antara monyet dan manusia, 15 untuk yang punya dan 85 untuk yang menyewa,....bahlul.
Cukup geram kalau saya tuliskan hal ini, tetapi adakah yang ingin menyadarkan diri kalian, menyadari bangsa ini JANGANLAH DIGADAIKAN, janganlah tangan asing yang KOTOR dan KEJAM membasuh-basuh bumi muslim ini dengan perusakan dengan IMBALAN Yang AMAT BESAR (85%),....ayolah realistis, barangkali jaman tahun 1965 mereka masih dibutuhkan dengan sangat karena LULUSAN yang JADI INSINYUR belum banyak, yang expert belum banyak yang mumpuni masih sedikit, tapi sekarang yang jenius sudah berjibun, yang akhli tak terhitung mengapa kita masih saja memakai "mereka", kata yang pas untuk negara yang cerdas adalah PULANGKAN SAJA mereka yang telah sekianlama menjadi benalu di atas bumi nusantara ini, dengan baik-baik ataupun dengan "terpaksa", ini layak bagi sebuah negeri yang sudah merdeka dan mempunyai kemampuan. Mereka ibarat RODA CADANGAN pada sepeda mini - khusus untuk balita - bila sudah bisa mengendarai dengan RODA DUA mengapa RODA CADANGAN masih TETAP DIPASANG ? Sangat menganggu pemandangan dan dipertanyakan fungsinya, atau pantasnya dijadikan barang antik saja, anak lima tahun juga tahu, dikemanakan BARANG YANG SUDAH KADALUWARSA FUNGSINYA,....B-U-A-N-G.
Saya sebutkan apakah ini daftar privatisasi atau malah yang akan dilego ke orang asing. Pertamina, PLN, Industri PUPUK. Kalau semua mau diprivatisasi mengapa kita tidak "menyewa saja orang swasta" untuk menjalankan negeri ini, atau impor orang asing sekalian untuk menjalankan pemerintahan. Berpikir dengan jernih, bukan dengan emosi. Yang terakhir JANGAN PERNAH ADANYA REFERANDUM lagi dengan pilihan Merdeka atau Gabung NKRI. Karena sudah jelas mereka akan memilih MERDEKA. Karena mereka PINTAR, merdeka berarti lepas dari orang-orang yang JUMUD dan NON-Kreatif.
Coba direnungkan dengan masak-masak, terima kasih.
Bisa mencontoh presiden Gamal Abdul Nasser adalah isapan jempol belaka, atau khayalan tingkat tinggi setara mimpi disiang bolong. Cam kan dengan baik, yang akan saya sebutkan berikut ini :Freeport, Exxon Mobile, Blok Natuna, Blok Ambalat, Timor Timur, Indosat, ...... apakah TIDAK MUNGKIN dinasionalisasi, adakah yang berani seperti presiden Hugo Chavez (venezuela) yang mengusir pemilik modal asing yang "merugikan bangsanya", sekali lagi yang merugikan bangsanya (venezuela) lalu dinasionalisasi, kalau yang mau kompromi dengan Pak Hugo - yang jelas menguntungkan rakyatnya - boleh bercokol disana tetapi dengan pengendalian pemerintah Pak Hugo Chavez, ini luar biasa, tidak seperti Indonesia, negeri yang sangat BANCI dan MALU-MALUIN dalam membela rakyatnya,.....biarlah pembagian hasil yang sangat tidak adil, demi pembangunan - pertanyaanya adakah Insinyur yang berasal dari Indonesia, yang bisa menggantikan tenaga asing yang dibayar mahal itu ?, atau berpuluh-puluh tahun hanya ada orang dungu yang menyandang gelar Sarjana Teknik (Perminyakan, Metalurgi, Pertambangan dll) ?? Adalah hal ini mustahil, banyak jenius produk dalam negeri dari Indonesia asli - bukan orang indo melainkan orang Indonesia - pembagian yang adil adalah 55 pemerintah dan 45 si penyewa/pengelola karena kita yang punya, bukan bagi hasil antara monyet dan manusia, 15 untuk yang punya dan 85 untuk yang menyewa,....bahlul.
Cukup geram kalau saya tuliskan hal ini, tetapi adakah yang ingin menyadarkan diri kalian, menyadari bangsa ini JANGANLAH DIGADAIKAN, janganlah tangan asing yang KOTOR dan KEJAM membasuh-basuh bumi muslim ini dengan perusakan dengan IMBALAN Yang AMAT BESAR (85%),....ayolah realistis, barangkali jaman tahun 1965 mereka masih dibutuhkan dengan sangat karena LULUSAN yang JADI INSINYUR belum banyak, yang expert belum banyak yang mumpuni masih sedikit, tapi sekarang yang jenius sudah berjibun, yang akhli tak terhitung mengapa kita masih saja memakai "mereka", kata yang pas untuk negara yang cerdas adalah PULANGKAN SAJA mereka yang telah sekianlama menjadi benalu di atas bumi nusantara ini, dengan baik-baik ataupun dengan "terpaksa", ini layak bagi sebuah negeri yang sudah merdeka dan mempunyai kemampuan. Mereka ibarat RODA CADANGAN pada sepeda mini - khusus untuk balita - bila sudah bisa mengendarai dengan RODA DUA mengapa RODA CADANGAN masih TETAP DIPASANG ? Sangat menganggu pemandangan dan dipertanyakan fungsinya, atau pantasnya dijadikan barang antik saja, anak lima tahun juga tahu, dikemanakan BARANG YANG SUDAH KADALUWARSA FUNGSINYA,....B-U-A-N-G.
Saya sebutkan apakah ini daftar privatisasi atau malah yang akan dilego ke orang asing. Pertamina, PLN, Industri PUPUK. Kalau semua mau diprivatisasi mengapa kita tidak "menyewa saja orang swasta" untuk menjalankan negeri ini, atau impor orang asing sekalian untuk menjalankan pemerintahan. Berpikir dengan jernih, bukan dengan emosi. Yang terakhir JANGAN PERNAH ADANYA REFERANDUM lagi dengan pilihan Merdeka atau Gabung NKRI. Karena sudah jelas mereka akan memilih MERDEKA. Karena mereka PINTAR, merdeka berarti lepas dari orang-orang yang JUMUD dan NON-Kreatif.
Coba direnungkan dengan masak-masak, terima kasih.